Melestarikan Siklus Hidup Penyu Melalui Pelepasan Tukik di Pantai Serang Blitar

Cenderung Serius

Waktu sudah menunjukkan pukul 13.30 WIB. Setelah Dzuhuran dengan tergesa-gesa saya menuju Pantai Serang yang jaraknya sekitar 50 km dari tempat tinggal saya. Hari ini hari yang saya tunggu-tunggu dari seminggu yang lalu. Dengan jarak segitu saya memacu motor sampai posisi gas nggadug, dengan harapan saya bisa sampai dengan selamat di lokasi sebelum pukul 15.00. Karena dalam keadaan ndak mbonceng siapapun alias montoran sendiri, saya bisa sedikit slintutan nyalip ini dan itu. Mulai dari tukang bakso gerobak surungan sampai mobil sport yang lagi parkir. Kombinasi jalan yang banyak berlubang dengan ban yang sedikit katosen membuat tangan saya panas dan memerah. Namun pada akhirnya saya sampai dengan selamat pukul 14.30. Ya, hari ini pertama kalinya saya mengikuti acara Pelepasan Tukik, di Pantai Serang Blitar.

Setelah sampai di Pantai Serang segera saya mencari di mana letak konservasi penyu yang katanya sangat dekat dengan pantai. Setelah muter-muter mencari akhirnya ketemu juga. Tak jauh dari tempat konservasi penyu saya melihat ada kerumunan orang yang sepertinya sedang mengantri sesuatu. Ndaksalah lagi itu pasti tempat pendaftaran bagi yang hendak mengadopsi tukik. Lantas saya ndak langsung menghampirinya karena pasti kalau yang namanya mengantri itu sudah pasti lama. Sembari menunggu tempat pendaftaran sepi saya melihat tukik-tukik yang masih di dalam penangkaran dan menunggu untuk di lepas. Saya menebak-tebak seperti apa perasaan tukik sekarang ketika akan dilepas. Namun saya harus sadar saya bukanlah orang yang bisa membaca hati seseorang, apalagi hewan 😐

Setelah tempat pendaftaran agak sepi barulah giliran saya untuk mendaftarkan diri sebagai pengadopsi.Jadi di sini sebelum mengadopsi harus mendaftarkan diri dulu untuk didata dan mendapatkan kartu tanda telah mengadopsi.

IMG_5643

Sebelum mengadopsi harus mendaftar dulu di sini

IMG_5636

Tukik-tukik yang masih di penangkaran menunggu untuk dilepas

Sudah mendaftar saya muter-muter menikmati keramaian Pantai Serang. Agak berbeda dengan terakhir saya berkunjung ke sini masih belum begitu ramai seperti ini. Kebetulan di Pantai Serang ini juga dahulu saya menjadikan objek penelitian untuk memenuhi tugas akhir perkulihan waktu itu. Atau mungkin hari ini adalah hari libur nasional karena bertepatan dengan hari Isro’ Mi’roj nabi Muhammad. Jadi ramainya pas hari-hari libur saja gitu, saya juga kurang tau. Saya muter-muter sambil nunggu dimulainya acara sarasehan. Sampai pada akhirnya saya menemukan suatu hal menarik di tengah keramaian pengunjung

IMG_5646

Batu is everywhere

Di acara pelepasan tukik, ada penjual batu akik! (bakal batu akik sih lebih tepatnya atau biasa disebut batu mulia). Fenomena batu akik yang saya kira hanya fenomena usum-usuman seperti halnya fenomena ikan arwana dan tanaman gelombang cinta dahulu atau hanya bisa bertahan sebentar, ternyata melebihi perkiraan saya.Masih banyak dijumpai penjual-penjual batu akik atau batu mulia di kebanyakan tempat. Tak terkecuali di Pantai Serang ini.Yang dijual di sinipun ndak tanggung-tanggung. Sampai ada batu yang didatangkan dari Kalimantan, kata bapakya penjual batu mulia ini. Karena saya ndak paham sama batu-batuan dan bukan termasuk orang yang latah sama tren yang ada, akhirnya saya lanjutkan saja muter-muter saya menyusuri Pantai Serang.

Tak lama setelah luntang lantung sendirian saya bertemu mas Pandu dan kawan-kawannya yang katanya barusan pulang dari Karimunjawa (mbok kapan-kapan saya ini diajak mas :D). Saya juga bertemu dengan mas Yanu yang terlihat masih sibuk dalam misi bersama rekan-rekan awak medianya. Beruntunglah saya ndak jadi sendiri karena dapet temen ngobrol, daripada luntang latung sendirian nyaris tak ada beda dengan wong ilang.

IMG_5657

Fokus para wartawan tertuju ke satu orang, Pak Handoko

Hari semakin sore dan Pak Bupati yang katanya akan datang ikut melepas tukik belum juga menunjukkan tanda-tanda kehadirannya. Setelah mendekati jam dimulainya sesi sarasehan terdengar kabar kalau Bapak Bupati ndak bisa datang karena suatu urusan. Jadilah acara langsug dimulai tanpa kehadiran Bupati karena keburu hari mulai petang. Kasian yang belum pada Asharan.

Sesuai jadwal, acara dimulai pada pukul 15.00. Sebetulnya acara ini dibagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama adalah Sarasehan, adalah penjelasan sebelum pelepasan dari Pak Handoko selaku Kepala Desa Serang dan penggiat kegiatan konservasi penyu itu sendiri juga Bapak-bapak dari jajaran instasi lainyang biasa disebut Wong penting. Beliau-beliau ini menjelaskan mengenai sejarah konservasi telur penyu yang sudah dimulai sejak tahun 2004. Akan tetapi dari telur-telur yang ada hanya sedikit yang menetas. Penetasan telur terbanyak yaitu mulai tahun 2014 kemarin pada pertengahan bulan Agustus. Untuk bilangannya saya agak lupa berapa. Terlalu banyak berapa jumlah telur dan berapa jumlah yang bisa menetas yang disebutkan mulai dari pertama konservasi sampai pada pada tahun 2015 membuat daya tangkap, daya ingat, dan daya menyebutkan kembali saya ndak sinkron.

IMG_5668

Pak Handoko sedang memberikan penjelasan terkait konservasi penyu Pantai Serang

Sesi ke-2 adalah acara inti itu sendiri yaitu pelepasan tukik ke laut lepas oleh beberapa orang penting tadi kemudian disusul dengan beberapa orang yang ikut mengadopsi tukik-tukik tersebut. Tukik yang akan dilepas adalah jenis penyu sisik. Namun sebelumnya tukik-tukik ini dipindahkan dari tepat konservasi menuju lepas pantai atau shore. Tepat pada pukul 16.30 waktu Pantai Serang, tukik-tukik itu dilepas. Pelepasan tukik memang dipaskan saat sore hari atau kalau tidak di pagi-pagi sekali sebelum matahari menyingsing. Karena apa? Karena begitu peraturannya, saya juga kurang paham, yang jelas di tempat-tempat lain juga seperti itu. Mungkin kalau siang sulap dan panas belum kalau ngelak. Mereka ndak bisa ngadem lalu beli es deganyang seger seperti kita ketika mulai kepanasan. Oh iya satu lagi peraturan yang harus ditaati ketika melakukan pelepasan tukik adalah menghadapkan tukik ke daratan dan bukan ke laut ketika akan mulai dilepas. Setelah terlepas dan merangkak beberapa langkah barulah diarahkan ke laut. Filosofinya agar tukik tersebut tidak lupa dan kembali untuk bertelur dimana mereka dilepas dulu.

IMG_5673

Kini sudah siap dipindahkan dan digiring ke pantai

IMG_5677e

Suasana saat bersama-sama memindahkan tukik dari penangkaran menuju pantai

Pun dengan tukik yang saya adopsi. Dia bernama Air Timur. Alasan saya memberi nama itu selain karena sederhana dan mudah diingat, di balik nama itu saya selipkan harapan kepadanya. Halah. Air yang kurang lebih kita semua tahu punya sifat-sifat yang menarik dan unik, salah satunya air menempati ruang. Air akan menyerupai wadah dimana dia ditempatkan. Begitulah yang saya harapkan agar Air Timur akan mudah beradaptasi dengan lingkungannya yang baru, ndak medhok dan ndak kolot dengan teman-teman barunya di laut sana. Sifat unik dari air lainnya adalah tidak mudah dimusnahkan. Bahkan saat dipanaskan sekalipun dia akan menjadi uap dan (mungkin) mengalami perubahan zat yang pada akhirnya akan kembali lagi menjadi air. Dengan begitu Air Timur ndak akan terkalahkan di laut sana, tangguh…untuk urusan melarikan atau menyelamatkan diri dari predator-predator laut yang memburunya sehingga bisa tetap survive. Semoga saja. Sementara arti Timur sendiri kurang lebih sampai sekarang saya juga belum tahu kenapa saya memasangkan Timur setelah Air. Sampai terakhir tulisan ini dipostkan saya belum menemukan alasannya kenapa 😐

IMG_5686

Air Timur yang matanya sudah mulai berkaca-kaca

Pelepasanpun Dimulai

Setelah menukar tanda telah mengadopsi dengan tukik aslinya, saya bergegas untuk melepasnya menuju laut lepas. Tapi karena saya berdiri di belakang kerumunan orang-orang yang ingin melihat pelepasan tukik, saya berusaha masuk ke kerumunan dan ndusel-ndusel mencari celah agar bisa lewat dan segera melepaskannya. Saya harus secepat mungkin melepasnya, selak stress Air Timurku. Karena masih belum ada peraturan bagaimana posisi tempat si pelepas tukik dan yang hanya melihat saja, jadinya kemarin mereka semua campur jadi satu ra karuan. Saya pikir untuk kedepannya pihak pantia perlu memikirkan ini. Bagaimana antara pelepas tukik dengan yang hanya melihat saja dibedakan tempatnya atau perlu dikasih garis batas untuk pelepas tukik. Sehingga ada daerah yang tidak boleh dipijaki di mana hanya si tukiknya yang merayap bebas. Bukannya apa-apa, karena pada saat si tukik sudah merayap lalu terkena gelombang pasang dia pasti akan tersapu dan kembali ke kerumunan orang-orang sehingga akan rawan dipidak-pidak.

IMG_5690

Air Timur yang sempat salah arah dan tidak On The Right Track

Semakin sore pengunjung justru semakin bertambah dan bertambah. Tak ketinggalan para wartawan dari berbagai portal berita juga penasaran dengan acara yang masih dibilang baru di wilayah Blitar, diantaranya adalah dari Republika, Jawa Pos, Trans7, NET, dan beberapa media lain. Bisa dikatakan promosi untuk event Pelepasan Tukik ini sangat berhasil.

IMG_5683

Pelepasan tukik oleh beberapa orang penting

IMG_5692

Track yang seharusnya dilewati tukik tertutup kerumunan pengunjung

IMG_5699

Pengunjung yang banyak tapi pating slengkrah

IMG_5703

Pengunjung melepaskan sendiri tukik yang mereka adopsi

Semua Itu Masalah Kepuasan

Event seperti ini mungkin sudah tak asing dan sering didengar di beberapa tempat, tidak seperti di Blitar yang masih terhitung 2 kali menyelenggarakan acara ini. Itupun yang pertama belum dibuat acara besar seperti kemarin, karena hanya pihak konservasi atau biasa disebut bapak dan ibu tukik saja yang melepas tukik-tukik tersebut. Merekalah yang merawat tukik-tukik ini sejak baru menetas sampai siap dilepaskan. Konservasi penyu di Pantai Serang ini pun atas biaya swadaya. Semetara ini masih belum ada anggaran dari pemerintahan Desa. Begitu kata Pak Handoko saat sesi sarasehan. Oleh karenanya harga untuk adopsi tukik kemarin cenderung lebih mahal dibanding daerah lain, yaitu sekitar 25 ribu per ekornya. Saya mendapat kabar dari teman kalau di daerah lain untuk adopsi tukik yang mau dilepas sekitar 15-20 ribu. Itupun masih disambati kemahalan.

Bagi saya berapapun itu, saya ndak terlalu memikirkan. Karena selain sebanding dengan susahnya merawat telur sampai pada tahap siap dilepas dan termasuk ikut melestarikan siklus hidup penyu, merupakan sebuah pengalaman dan kepuasan bisa mengadopsi dan melepaskan tukik-tukik ini. Mungkin sebagian orang akan berpikir, “Buat apa mengeluarkan banyak uang untuk hal yang percuma”. Sekali lagi saya tegaskan tingkat kepuasan seseorang beda-beda. Sebagian lain juga mungkin akan berkata, “Mending diadopsi dan dirawat sendiri di rumah, rugi kalau diadopsi terus dilepas begitu saja”. Boleh-boleh saja kalau kita bisa dan mengerti betul bagaimana merawat sampai penyu dewasa setelah 30 tahun. Tapi kalau mati sewaktu-waktu, siapa yang bisa menjamin? Bahkan kita juga tidak tahu seberapa panjang umur kita untuk melihat penyu tumbuh dewasa. Sekali lagi siapa yang bisa menjamin?

Kan saya sudah ikut berdonasi…Itu yang penting. Terserah mau saya apakan ini sudah jadi milik saya!” -Oke silahkan. Tapi dalam agama saya tidak mengajarkan seperti itu!

Hal Kecil yang Berdampak Besar

Waktu sudah menunjukkan pukul 16.50. Langit sudah mulai memerah dan matahari perlahan merebah tanda senja sudah menunjukkan kehadirannya. Dengan dilepasnya semua tukik ke laut maka berakhir sudah seluruh rangkaian acara Pelepasan Tukik di Pantai Serang Blitar ini. Semoga saja untuk selanjutnya acara seperti ini akanterus berlanjut dengan beberapa aturan-aturan baru yang tentunya agar bisa lebih baik lagi nantinya. Acara seperti ini sangat memberi banyak pengetahuan kepada masyarakat luas khususnya Blitar untuk lebih memperhatikan dan peka juga ikut serta dalam upaya melestarikan lingkungan hayati di sekitarnya yang semakin hari semakin rusak bahkan mendekati punah (puanjange 😀 ). Sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan akan sangat bermanfaat dan terlihat lebih baik daripada tidak melakukan sama sekali. Pun dengan sebaliknya sekecil ketidakpedulian yang kita lakukan akan berdampak besar nantinya pabila sudah menjadi kebiasaan. Ndak tau ini saya lagi ngomong apa pokoke Salam Lestari aja. :))

Sekian dulu cerita tentang pengalaman saya mengikuti acara Pelepasan Tukik di Pantai Serang Blitar yang akan saya tutup dengan sedikit pesan tapi bukan untuk kalian, jadi ndak usah dibaca.

Sampai jumpa Air Timur. Bawalah harapan-harapan dibalik nama yang sudah kubuatkan untukmu. Katakan “Tangkap aku jika kau bisa” kepada bahaya yang mengancammu. Teruslah hidup! 🙂

IMG_5697