Tentang Libur, Selo, dan Piknik

Cenderung Serius

Suara burung gereja mulai terdengar. Saya sudah bangun sedari 1 jam yang lalu. Saya bersyukur masih dipertemukan dengan hari paling selo sejuta umat seperti sekarang ini. Tak seperti biasanya, semua tanggungan rumah hari minggu yang biasa saya kerjakan nelat saya kerjakan lebih awal hari ini. Dan bersyukurnya lagi di hari Minggu ini saya dipertemukan dengan 2 kahanan lain, selo dan piknik. Jarang sekali ada 3 keadaan bertemu sekaligus. Satu-satunya alasan kenapa hari Minggu ini berbeda dari mingu-minggu sebelumnya. Keadaan yang ke-3 lah yang sebetulnya jarang sekali mendukung. Tentang piknik, yang mungkin akan saya ceritakan berikutnya.

Tak jarang setiap orang yang menjadikan hari libur sebagai alasan untuk mengistirahatkan diri dari letih dan penatnya di hari-hari sebelumnya. Sehingga mereka menempatkan diri dan waktu selo mereka sendiri ke dalam pengertian sibuk. Sibuk untuk beristirahat dengan total. Tak jarang pula mereka oleh karenanya berdalih tak pernah ada waktu untuk liburan yang mungkin sejatinya mereka ingin sekali. Tapi apakah semua itu salah? Tentu tidak. Setiap oarang memiliki definisi tersendiri tentang waktu senggang mereka masing-masing.

Sayapun, ketika sedang tak ada teman, akan lebih milih menghabiskan waktu di rumah daripada memilih untuk self traveling. Karena menurut saya, sendiri itu membosankan. Ndak ada yang bisa diajak ngobrol ketika di perjalanan atau sesampainya di tujuan. Suasana jadi lebih suram, meskipun itu di tempat yang banyak orang katakan paradise sekalipun.

Tapi Bahkan ada juga lho yang demi alasan dapur ngebul, mereka ndak pernah mengenal hari libur. Demi tuntutan sandang pangan dan terlalu cintanya dengan pekerjaan, mereka mengesampingkan kodrat manusia yang sejatinya dan secara naluriah punya waktu senggang. Saat ini saya belum sampai pada tahap seperti itu. Saya mbayangke bila di posisi seperti itu mungkin ndak akan sanggup menjalaninya. Mungkin saya akan terlihat menyedihkan di antara orang-orang sekitar saya yang kesemuanya sudah pasti memiliki waktu sela.

Sudah seharusnya kita biasakan mensyukuri apa-apa yang sudah dikadarkan buat kita, termasuk nikmat 1 atau 2 hari libur yang kita miliki. Kita sudah disetting untuk tidak terus bekerja. Secinta apapun kita sama pekerjaan, dan sesebentar apapun waktu yang kita pergunakan untuk istirahat, kita pasti punya waktu sela itu. Ketidakpuasan tak selamanya baik. Di sisi lain akan membuat kita semakin terlihat ambisius mengejar dunia dan membuat kita semakin jauh dari yang Mencipta tanpa kita sadari. Tentunya dalam urusan seperti ini. Kembali lagi kita harus mengingat kodrat kita sebagai manusia.

Tulisan ini juga buat pengingat kepada saya pribadi suatu saat nanti ketika sudah mulai jauh dari apa yang saya tuliskan, ketika nanti pekerjaan sudah saya maknai hari libur yang menyenangkan tanpa saya sadari dan akan teringat kembali setelah tanpa sengaja ngendangi blog ini.

Aghis, yang sedang telpun sana telpun sini mencari teman untuk jalan-jalan

2728461_700b

Nb: pikniklah segera!, sebelum keseriusan berkuasa.

Melestarikan Siklus Hidup Penyu Melalui Pelepasan Tukik di Pantai Serang Blitar

Cenderung Serius

Waktu sudah menunjukkan pukul 13.30 WIB. Setelah Dzuhuran dengan tergesa-gesa saya menuju Pantai Serang yang jaraknya sekitar 50 km dari tempat tinggal saya. Hari ini hari yang saya tunggu-tunggu dari seminggu yang lalu. Dengan jarak segitu saya memacu motor sampai posisi gas nggadug, dengan harapan saya bisa sampai dengan selamat di lokasi sebelum pukul 15.00. Karena dalam keadaan ndak mbonceng siapapun alias montoran sendiri, saya bisa sedikit slintutan nyalip ini dan itu. Mulai dari tukang bakso gerobak surungan sampai mobil sport yang lagi parkir. Kombinasi jalan yang banyak berlubang dengan ban yang sedikit katosen membuat tangan saya panas dan memerah. Namun pada akhirnya saya sampai dengan selamat pukul 14.30. Ya, hari ini pertama kalinya saya mengikuti acara Pelepasan Tukik, di Pantai Serang Blitar.

Setelah sampai di Pantai Serang segera saya mencari di mana letak konservasi penyu yang katanya sangat dekat dengan pantai. Setelah muter-muter mencari akhirnya ketemu juga. Tak jauh dari tempat konservasi penyu saya melihat ada kerumunan orang yang sepertinya sedang mengantri sesuatu. Ndaksalah lagi itu pasti tempat pendaftaran bagi yang hendak mengadopsi tukik. Lantas saya ndak langsung menghampirinya karena pasti kalau yang namanya mengantri itu sudah pasti lama. Sembari menunggu tempat pendaftaran sepi saya melihat tukik-tukik yang masih di dalam penangkaran dan menunggu untuk di lepas. Saya menebak-tebak seperti apa perasaan tukik sekarang ketika akan dilepas. Namun saya harus sadar saya bukanlah orang yang bisa membaca hati seseorang, apalagi hewan šŸ˜

Setelah tempat pendaftaran agak sepi barulah giliran saya untuk mendaftarkan diri sebagai pengadopsi.Jadi di sini sebelum mengadopsi harus mendaftarkan diri dulu untuk didata dan mendapatkan kartu tanda telah mengadopsi.

IMG_5643

Sebelum mengadopsi harus mendaftar dulu di sini

IMG_5636

Tukik-tukik yang masih di penangkaran menunggu untuk dilepas

Sudah mendaftar saya muter-muter menikmati keramaian Pantai Serang. Agak berbeda dengan terakhir saya berkunjung ke sini masih belum begitu ramai seperti ini. Kebetulan di Pantai Serang ini juga dahulu saya menjadikan objek penelitian untuk memenuhi tugas akhir perkulihan waktu itu. Atau mungkin hari ini adalah hari libur nasional karena bertepatan dengan hari Isroā€™ Miā€™roj nabi Muhammad. Jadi ramainya pas hari-hari libur saja gitu, saya juga kurang tau. Saya muter-muter sambil nunggu dimulainya acara sarasehan. Sampai pada akhirnya saya menemukan suatu hal menarik di tengah keramaian pengunjung

IMG_5646

Batu is everywhere

Di acara pelepasan tukik, ada penjual batu akik! (bakal batu akik sih lebih tepatnya atau biasa disebut batu mulia). Fenomena batu akik yang saya kira hanya fenomena usum-usuman seperti halnya fenomena ikan arwana dan tanaman gelombang cinta dahulu atau hanya bisa bertahan sebentar, ternyata melebihi perkiraan saya.Masih banyak dijumpai penjual-penjual batu akik atau batu mulia di kebanyakan tempat. Tak terkecuali di Pantai Serang ini.Yang dijual di sinipun ndak tanggung-tanggung. Sampai ada batu yang didatangkan dari Kalimantan, kata bapakya penjual batu mulia ini. Karena saya ndak paham sama batu-batuan dan bukan termasuk orang yang latah sama tren yang ada, akhirnya saya lanjutkan saja muter-muter saya menyusuri Pantai Serang.

Tak lama setelah luntang lantung sendirian saya bertemu masĀ Pandu dan kawan-kawannya yang katanya barusan pulang dari Karimunjawa (mbok kapan-kapan saya ini diajak mas :D). Saya juga bertemu dengan mas Yanu yang terlihat masih sibuk dalam misi bersama rekan-rekan awak medianya. Beruntunglah saya ndak jadi sendiri karena dapet temen ngobrol, daripada luntang latung sendirian nyaris tak ada beda dengan wong ilang.

IMG_5657

Fokus para wartawan tertuju ke satu orang, Pak Handoko

Hari semakin sore dan Pak Bupati yang katanya akan datang ikut melepas tukik belum juga menunjukkan tanda-tanda kehadirannya. Setelah mendekati jam dimulainya sesi sarasehan terdengar kabar kalau Bapak Bupati ndak bisa datang karena suatu urusan. Jadilah acara langsug dimulai tanpa kehadiran Bupati karena keburu hari mulai petang. Kasian yang belum pada Asharan.

Sesuai jadwal, acara dimulai pada pukul 15.00. Sebetulnya acara ini dibagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama adalah Sarasehan, adalah penjelasan sebelum pelepasan dari Pak Handoko selaku Kepala Desa Serang dan penggiat kegiatan konservasi penyu itu sendiri juga Bapak-bapak dari jajaran instasi lainyang biasa disebut Wong penting. Beliau-beliau ini menjelaskan mengenai sejarah konservasi telur penyu yang sudah dimulai sejak tahun 2004. Akan tetapi dari telur-telur yang ada hanya sedikit yang menetas. Penetasan telur terbanyak yaitu mulai tahun 2014 kemarin pada pertengahan bulan Agustus. Untuk bilangannya saya agak lupa berapa. Terlalu banyak berapa jumlah telur dan berapa jumlah yang bisa menetas yang disebutkan mulai dari pertama konservasi sampai pada pada tahun 2015 membuat daya tangkap, daya ingat, dan daya menyebutkan kembali saya ndak sinkron.

IMG_5668

Pak Handoko sedang memberikan penjelasan terkait konservasi penyu Pantai Serang

Sesi ke-2 adalah acara inti itu sendiri yaitu pelepasan tukik ke laut lepas oleh beberapa orang penting tadi kemudian disusul dengan beberapa orang yang ikut mengadopsi tukik-tukik tersebut. Tukik yang akan dilepas adalah jenis penyu sisik. Namun sebelumnya tukik-tukik ini dipindahkan dari tepat konservasi menuju lepas pantai atau shore. Tepat pada pukul 16.30 waktu Pantai Serang, tukik-tukik itu dilepas. Pelepasan tukik memang dipaskan saat sore hari atau kalau tidak di pagi-pagi sekali sebelum matahari menyingsing. Karena apa? Karena begitu peraturannya, saya juga kurang paham, yang jelas di tempat-tempat lain juga seperti itu. Mungkin kalau siang sulap dan panas belum kalau ngelak. Mereka ndak bisa ngadem lalu beli es deganyang seger seperti kita ketika mulai kepanasan. Oh iya satu lagi peraturan yang harus ditaati ketika melakukan pelepasan tukik adalah menghadapkan tukik ke daratan dan bukan ke laut ketika akan mulai dilepas. Setelah terlepas dan merangkak beberapa langkah barulah diarahkan ke laut. Filosofinya agar tukik tersebut tidak lupa dan kembali untuk bertelur dimana mereka dilepas dulu.

IMG_5673

Kini sudah siap dipindahkan dan digiring ke pantai

IMG_5677e

Suasana saat bersama-sama memindahkan tukik dari penangkaran menuju pantai

Pun dengan tukik yang saya adopsi. Dia bernama Air Timur. Alasan saya memberi nama itu selain karena sederhana dan mudah diingat, di balik nama itu saya selipkan harapan kepadanya. Halah. Air yang kurang lebih kita semua tahu punya sifat-sifat yang menarik dan unik, salah satunya air menempati ruang. Air akan menyerupai wadah dimana dia ditempatkan. Begitulah yang saya harapkan agar Air Timur akan mudah beradaptasi dengan lingkungannya yang baru, ndak medhok dan ndak kolot dengan teman-teman barunya di laut sana. Sifat unik dari air lainnya adalah tidak mudah dimusnahkan. Bahkan saat dipanaskan sekalipun dia akan menjadi uap dan (mungkin) mengalami perubahan zat yang pada akhirnya akan kembali lagi menjadi air. Dengan begitu Air Timur ndak akan terkalahkan di laut sana, tangguhā€¦untuk urusan melarikan atau menyelamatkan diri dari predator-predator laut yang memburunya sehingga bisa tetap survive. Semoga saja. Sementara arti Timur sendiri kurang lebih sampai sekarang saya juga belum tahu kenapa saya memasangkan Timur setelah Air. Sampai terakhir tulisan ini dipostkan saya belum menemukan alasannya kenapa šŸ˜

IMG_5686

Air Timur yang matanya sudah mulai berkaca-kaca

Pelepasanpun Dimulai

Setelah menukar tanda telah mengadopsi dengan tukik aslinya, saya bergegas untuk melepasnya menuju laut lepas. Tapi karena saya berdiri di belakang kerumunan orang-orang yang ingin melihat pelepasan tukik, saya berusaha masuk ke kerumunan dan ndusel-ndusel mencari celah agar bisa lewat dan segera melepaskannya. Saya harus secepat mungkin melepasnya, selak stress Air Timurku. Karena masih belum ada peraturan bagaimana posisi tempat si pelepas tukik dan yang hanya melihat saja, jadinya kemarin mereka semua campur jadi satu ra karuan. Saya pikir untuk kedepannya pihak pantia perlu memikirkan ini. Bagaimana antara pelepas tukik dengan yang hanya melihat saja dibedakan tempatnya atau perlu dikasih garis batas untuk pelepas tukik. Sehingga ada daerah yang tidak boleh dipijaki di mana hanya si tukiknya yang merayap bebas. Bukannya apa-apa, karena pada saat si tukik sudah merayap lalu terkena gelombang pasang dia pasti akan tersapu dan kembali ke kerumunan orang-orang sehingga akan rawan dipidak-pidak.

IMG_5690

Air Timur yang sempat salah arah dan tidak On The Right Track

Semakin sore pengunjung justru semakin bertambah dan bertambah. Tak ketinggalan para wartawan dari berbagai portal berita juga penasaran dengan acara yang masih dibilang baru di wilayah Blitar, diantaranya adalah dari Republika, Jawa Pos, Trans7, NET, dan beberapa media lain. Bisa dikatakan promosi untuk event Pelepasan Tukik ini sangat berhasil.

IMG_5683

Pelepasan tukik oleh beberapa orang penting

IMG_5692

Track yang seharusnya dilewati tukik tertutup kerumunan pengunjung

IMG_5699

Pengunjung yang banyak tapi pating slengkrah

IMG_5703

Pengunjung melepaskan sendiri tukik yang mereka adopsi

Semua Itu Masalah Kepuasan

Event seperti ini mungkin sudah tak asing dan sering didengar di beberapa tempat, tidak seperti di Blitar yang masih terhitung 2 kali menyelenggarakan acara ini. Itupun yang pertama belum dibuat acara besar seperti kemarin, karena hanya pihak konservasi atau biasa disebut bapak dan ibu tukik saja yang melepas tukik-tukik tersebut. Merekalah yang merawat tukik-tukik ini sejak baru menetas sampai siap dilepaskan. Konservasi penyu di Pantai Serang ini pun atas biaya swadaya. Semetara ini masih belum ada anggaran dari pemerintahan Desa. Begitu kata Pak Handoko saat sesi sarasehan. Oleh karenanya harga untuk adopsi tukik kemarin cenderung lebih mahal dibanding daerah lain, yaitu sekitar 25 ribu per ekornya. Saya mendapat kabar dari teman kalau di daerah lain untuk adopsi tukik yang mau dilepas sekitar 15-20 ribu. Itupun masih disambati kemahalan.

Bagi saya berapapun itu, saya ndak terlalu memikirkan. Karena selain sebanding dengan susahnya merawat telur sampai pada tahap siap dilepas dan termasuk ikut melestarikan siklus hidup penyu, merupakan sebuah pengalaman dan kepuasan bisa mengadopsi dan melepaskan tukik-tukik ini. Mungkin sebagian orang akan berpikir, ā€œBuat apa mengeluarkan banyak uang untuk hal yang percumaā€. Sekali lagi saya tegaskan tingkat kepuasan seseorang beda-beda. Sebagian lain juga mungkin akan berkata, ā€œMending diadopsi dan dirawat sendiri di rumah, rugi kalau diadopsi terus dilepas begitu sajaā€. Boleh-boleh saja kalau kita bisa dan mengerti betul bagaimana merawat sampai penyu dewasa setelah 30 tahun. Tapi kalau mati sewaktu-waktu, siapa yang bisa menjamin? Bahkan kita juga tidak tahu seberapa panjang umur kita untuk melihat penyu tumbuh dewasa. Sekali lagi siapa yang bisa menjamin?

ā€œKan saya sudah ikut berdonasiā€¦Itu yang penting. Terserah mau saya apakan ini sudah jadi milik saya!ā€ -Oke silahkan. Tapi dalam agama saya tidak mengajarkan seperti itu!

Hal Kecil yang Berdampak Besar

Waktu sudah menunjukkan pukul 16.50. Langit sudah mulai memerah dan matahari perlahan merebah tanda senja sudah menunjukkan kehadirannya. Dengan dilepasnya semua tukik ke laut maka berakhir sudah seluruh rangkaian acara Pelepasan Tukik di Pantai Serang Blitar ini. Semoga saja untuk selanjutnya acara seperti ini akanterus berlanjut dengan beberapa aturan-aturan baru yang tentunya agar bisa lebih baik lagi nantinya. Acara seperti ini sangat memberi banyak pengetahuan kepada masyarakat luas khususnya Blitar untuk lebih memperhatikan dan peka juga ikut serta dalam upaya melestarikan lingkungan hayati di sekitarnya yang semakin hari semakin rusak bahkan mendekati punah (puanjange šŸ˜€ ). Sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan akan sangat bermanfaat dan terlihat lebih baik daripada tidak melakukan sama sekali. Pun dengan sebaliknya sekecil ketidakpedulian yang kita lakukan akan berdampak besar nantinya pabila sudah menjadi kebiasaan. Ndak tau ini saya lagi ngomong apa pokoke Salam Lestari aja. :))

Sekian dulu cerita tentang pengalaman saya mengikuti acara Pelepasan Tukik di Pantai Serang Blitar yang akan saya tutup dengan sedikit pesan tapi bukan untuk kalian, jadi ndak usah dibaca.

Sampai jumpa Air Timur. Bawalah harapan-harapan dibalik nama yang sudah kubuatkan untukmu. Katakan ā€œTangkap aku jika kau bisaā€ kepada bahaya yang mengancammu. Teruslah hidup! šŸ™‚

IMG_5697

Sempat Kenal, Meski Sebentar

Cenderung Serius

Sudah lama saya ingin menuliskan tentang dia. Tapi ada sesuatu yang membuat saya urung-urungan menulisnya di blog yang ambyar ini dan mencoba tidak mengingat kebelakang. Karena mungkin saya akan terlihat wagu kalau menulis tentang dia di sini. Lantas kenapa sekarang jadi berubah pikiran? Nah begini ceritanya.

Sosok yang MenginspirasiĀ Ā Ā Ā Ā Ā Ā Ā 

Dia seorang yang sangat mencintai seni melebihi apapun. Melalui karya-karyanya lah saya mulai tahu -walau tidak seluruhnya- track record dia seperti apa. Dan saya? saya hanyalah seorang korban era media sosial yang percaya apa-apa bisa dilakukan secara online. Termasuk waktu berkenalan. Hanya media sosial perantara saya untuk berkenalan dengan dia. Dan tak butuh waktu lama buat saya untuk mulai mengagumi dia dan karyanya. Iya, saya jatuh hati terhadap karyanya. Di luar semua itu dia memang seorang yang sangat ramah untuk ukuran orang yang masih pada tahap baru kenal. Kami sempat berbalas texting saat itu. Kami saling mengetahui profil masing-masing melalui pertanyaan-pertanyaan saya yang ora mbois. Tapi dia tetap menjawabnya dengan ramah tanpa gengsi karena baru kenal. Itu yang memperkuat alasan kenapa saya kagum. Selain itu dia aktif tidak hanya di satu bidang seni. Di beberapa bidang seni dengan jenis yang berbeda dia terlihat sangat aktif dan menguasai. Pantaslah predikat ‘wanitaĀ out ofĀ  the box’ disandangnya. Setidaknya versi saya. Menikmati karya-karyanya, membuat saya teringat sama sosok Dewi Lestari dan Rahne Putri, juga Gita Gutawa. Itu sebenarnya salah satu alasan kenapa saya mulai menulis lagi. Dari karyanya pula lah saya menjadi merasa dekat dengan dia karena mengetahui banyak hal tentangnya. Ya, saya tahu meski hanya sepihak. Tapi percayalah, kalian akan mengalami hal yang sama ketika kalian mulai mengagumi seseorang, walaupun belum pernah bertemu, meski belum kenal secara intens, belum sempat bertatap langsung untuk sekedar minum teh bareng dan basa-basi ini dan itu, dan sebetulnya orang itu ada di sekitar kalian. Beruntunglah saya yang sudah sempat 2 kali melihatnya secara langsung ketika dia perform. Memang terkesan tidak adil. Dengan sifat pemalu yang saya miliki, dan kurangnya kepandaian saya mencari alasan dan momen untuk bertemu, sangat sulit untuk membuatnya terkesan tidak berat sebelah waktu itu.

Akan tetapi

..cerita yang saya tulis di atas jauh sebelum secara tiba-tiba hilang kontak dengan dia. Saya yang hanya berharap bisa menjadi teman penceritanya ndak mau berpikir yang macem-macem dan menyalahkan siapa-siapa tentang tragedi hilang kontak ini. Saya anggap saja ini musibah yang menimpa saya dengan menyesalkan kecerobohan saya, menjatuhkan handphone saya ke dalam bak mandi dan harus menyervisnya sehingga semua kontak hilang begitu saja. Namun saya tetap bersyukur bahkan beruntung dengan kesempatan saya bisa dikenalkan dengan dia, tanpa kata walaupun. Saya dengar dia sudah semakin sibuk dengan kegiatannya yang membuatnya mengabdi kepada kampusnya. Iya dia memang seorang yang aktif di beberapa kegiatan kampus yang membuat waktu istirahatnya terkuras habis. Apalagi dengan sudah terpilihnya dia menjadi perwakilan kampus yang tentunya lebih banyak lagi tugas dan kegiatannya. Membuatnya tak ada waktu lagi berkarya seperti sebelum-sebelumnya. Ataupun mungkin karena hal lain yang membuatnya jarang berkarya lagi, saya ndak tahu. Benar dia memiliki semangat dan kemauan yang sangat tinggi, tapi tidak untuk karyanya kali ini. Jadi untuk dia semoga diberi kekuatan dan kesempatan untuk berkarya lagi.

In personality:Tolong berkaryalah lagi. Bukankah cita-cita sampeyan dulu ingin berhasil dalam pencapaian di bidang yang justru sekarang jarang sampeyan karyakan saat ini? Berkaryalah tanpa menghiraukan intervensi dari manapun. Maaf menulis tentang sampeyan tanpa ijin dulu, siapa saya menulis-nulis tentang sampeyan haha. Waktu saknyukan yang sampeyan sempatkan kenal dengan saya, saya sangat berterimakasih. Kalaupun sempat membaca ini pastilah sampeyan tahu siapa saya dan siapa yang saya maksud di tulisan ini yang tak lain ialah sampeyan sendiri. Dan kalaupun sampeyan belum tahu siapa saya juga ndakpapa, yang penting saya yakin sampeyan punya niat baik setelah mbaca tulisan yang mirip curhatan ini, hiraukan saya. Karena karya sampeyan jauh lebih penting. šŸ™‚

Berbekal gambar download-an dari blog pribadi sampeyan yang sedikit takĀ crop ini hehe, semoga sampeyan selalu ingat yang diinginkan dulu

IMG_0864

OUT OF THE BOX

Tak Berkategori

Berawal dari obrolan ringan bareng kawan di sebuah warung soto yang saya sudah lupa namanya karena sudah lama kejadiannya. Pokok masih di wilayah kabupaten di mana saya tinggal sepulang dari dolan dan kebetulan hujan akhirnya ngiyuplah kami di situ sembari menunggu hujan reda. Kami ngobrol ngalor ngidul seputar banyak hal sambil menikmati soto buatan ibuke warung, mulai dari yang ndak penting sampai masalah perpulitikan (banyak ndak pentinge). Sampai pada akhirnya kami ngomongin kehidupan asmara kami masing-masing (perlu diketahui yang kami lakukan bukan semacam surhat-surhatan atau ngrasani sana-sini, hanya saling berbagi pengalaman itu saja) sampai akhirnya istilah out of the box keluar dari mulut kawan saya dan sedikit mengagetkan saya. Tak disangka bisa-bisanya istilah canggih seperti itu keluar begitu saja dari dia. Sedikit kemenggres untuk ukuran seorang perjaka yang masih canggih juga, cangkeme nggah nggih. Tak terima dengan itu saya langsung menanyakan apa maksud istilah ā€œout of the boxā€, lebih tepatnya ā€wanita out of the boxā€ yang diucapkannya.

Kemudian sodara beliau menjelaskan panjang lebar tentang istilah tersebut. Dan saya sedikit demi sedikit mulai nyantol yang dia gambarkan melalui contoh teman wanita yang dia ceritakan. Mendengar istilah baru dari kawan saya itu saya mbatin apakah dia hanya guyon dan mengada-ada, ataukah memang sudah ada istilah seperti itu namun sayanya yang ketinggalan. Namun pada akhirnya saya membenarkan perkataan kawan saya itu terlepas benar atau tidak istilah itu ada. Karena masuk akal juga.

Wanita out of te box secara harfiah kurang lebih artinya adalah wanita yang keluar dari kotaknya wanita pada umumnya. Maksudnya adalah wanita yang punya kebiasaan tidak seperti wanita umumnya yang selalu minta dimanja atau gengsian dan mengedepankan punya penampilan bagus. Tapi bukan berarti wanita dalam kriteria ini tidak mementingkan good looking dan lebih terlihat tomboy, bukan juga wanita yang terlihat ndak punya malu atau kehilangan sopan santun juga. Bukan seperti itu. Kalau biasanya wanita selalu lebih memendam rasa dan apa-apa selalu pria yang menjadi sasaran pelampiasan, kalau biasanya wanita selalu merasa lebih irit percakapan dalam pesan, dan kalau biasanya wanita lebih suka membohongi perasaan sendiri, maka wanita out of the box tidak seperti itu. Maksud out of the box di sini lebih kepada sifat alamiah wanita tersebut. Bukan tentang fashion mereka bukan juga tentang perilaku mereka sehari-sehari. Bukan juga seperti pujian klise pasangan yang baru jadian ā€œkamu lain daripada yang lainā€. Bahkan pintar secara akademik saja tak cukup untuk memasukkan wanita ke dalam kriteria out of the box ini. Aura yang dimilikinya pun akan terlihat berbeda. Dia akan terlihat lebih bersemangat dan punya kemauan tinggi terhadap apa yang dia kerjakan. Pokoknya wanita yang masuk kriteria ini benar-benar wanita yang berbeda dari wanita lain tanpa melepas kodratnya sebagai wanita. Oleh karenanya memang tak banyak yang seperti ini. Bahkan mungkin sudah pada level jarang ditemui di era sekarang ini. Kalau bisa sedikit kita tarik ke belakang, kita ingat jaman dahulu ada sosok R.A Kartini yang mungkin bisa menggambarkan kepada pembaca yang budiman agar ndak bingung menerawang apa yang saya maksudkan. Wanita inspiratif. Tapi untuk jaman sekarang?

Walaupun kedengaran sulit ditemui namun saya yakin masih ada wanita seperti itu sekarang ini. Entah di mana bisa ditemui pada akhirnya kita semua memiliki penilaian sendiri-sendiri mengenai wanita yang kita kenal. Kita hargai semua usaha para wanita untuk kita para pria, sekecil apapun usahanya. Tulisan di atas hanyalah menurut pandangan saya saja. selebihnya pembaca budiman lah yang bisa menilai sesuai pandangan sampeyan sendiri-sendiri. Ndak usah berusaha keras menemukan wanita/pria yang sesuai kriteria kita. Kalau terlalu selektif malah kitanya sendiri yang akan merasa selalu kurang dan ndak puas. Kalau sudah merasa ndak puas ngga akan nyaman pula kita menjalani hubungan. Percalah hati kita ndak akan terbebani jika kita mengacuhkan kata ā€˜seandainyaā€™ kepada apa yang sudah kita lalui. Halah. Tapi ngomong-ngomong, sudahkah kalian para lelaki menemukan ā€œWanita Out of the Boxā€ kalian? #lah

Jalan-Jalan Ā½ Ekspedisi (bagian 2)

Cenderung Selo

Setelah dirasa sudah puas dengan keindahan yang disuguhkan Air Terjun Jurug bening, kami melanjutkan perjalanan ke objek wisata baru lainnya. Kalau yang ini unplanned banget. Karena saya kira setelah selesai di Jurug Bening kami akan pulang ke rumah masing-masing. Tapi ternyata tidak. Salah seorang anggota menyarankan untuk sekalian mampir ke objek wisata satunya lagi, karena jaraknya yang cukup dekat dengan Air Terjun Jurug Bening ini. Jadi sekalian saja katanya. Yasudah akhirya kami semua berangkat ke sana. Hanya satu orang yang medhot dari rombongan.

Eksotika Tersembunyi yang Sudah Mulai Dikenal

Namanya Air terjun Grenjeng. Lokasinya di Desa Serang Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar kurang lebih 25 km dari pusat kota Blitar. Tapi kalau kalian melanjutkan perjalanan dari Air terjun Jurug Bening seperti kami jaraknya sekitar 7 km-an, cukup dekat. Untuk rute dari Air terjun Jurug Bening ke Air terjun Grenjeng saya masih bingung dan lupa-lupa ingat untuk menjelaskan ulang, karena masih pertama kalinya saya berkunjung kesana. Untuk urusan itu saya serahkan sama yang lebih tahu.

Berbeda dengan Jurug Bening, Air terjun Grenjeng sudah mulai ramai dengan pengunjung yang penasaran dengan pesonanya dan benar, ketika kami sampai di lokasi objek wisata ini sudah dipenuhi pengunjung yang entah darimana datangnya. Memang awalnya objek wisata ini masih malu-malu untuk eksis ke ranah media. Selain karena lokasinya yang tersembunyi dan cukup rumit untuk dijelaskan ulang, air terjun ini juga akan kering ketika musim kemarau tiba. Jadi ya apa yang mau dinikmati. Namun akan berbeda dan terlihat ramai ketika musim penghujan seperti sekarang.

11024761_771803289577130_2820345670967702284_n

Aksi pengunjung yang lagi bakar-bakar

DSC02801

Kedung yang akan kering saat musim kemarau tiba

Tidak memiliki ketinggian seperti di Jurug Bening tak membuat Air terjun ini kalah pesonanya. Air terjun Grenjeng memiliki kedung yang memungkinkan kita melompat gaya bebas dan renang di dalamnya. Jadi selain dimanjakan dengan keindahannya kita juga bisa menghabiskan waktu di sini dengan berenangria. Asik ya? Apalagi airnya di sini cukup jernih tidak seperti di Jurug Bening, karena ya memang bentukan lahannya berbeda antara keduannya.

cop

Air dari aliran sungai ndak jauh dari grojogan

Photo-0985

Sungai setelah beberapa meter jauhnya dari grojogan (masih bening)

Bentuk lahan di Air Terjun Grenjeng merupakan lahan karst, yang memiliki batuan kapur. Itu tak mengherankan kalau air yang mengalir melewatinya sifatnya jernih. Itu menandakan juga kalau lokasinya sudah tak jauh dengan pantai. Sebetulnya akan lebih seru lagi kalau perjalanan dilanjutkan lagi ke destinasi terakhir yaitu Pantai Serang. Akan tetapi waktu sudah menunjukkan pukul 14.30 dan belum dzuhuran, belum lagi khawatir nanti kalo dicegat begal piye? šŸ˜¦ Akhirnya kami semua memutuskan mengakhiri perjalanan kami di sini dan pulang ke keluarga masing-masing yang sudah menunggu kami di rumah.

Sekian cerita jalan-jalan saya kali ini. Semoga teman-teman pembaca ndak bosen-bosen mengunjungi blog saya ya. semoga juga ada cerita-cerita lain tentang jalan-jalan seperti ini lagi. *sun bye*

Jalan-Jalan Ā½ Ekspedisi

Cenderung Selo

Seperti janji saya yang kemarin, saya akan ngepost yang fresh. Dan yang kebetulan masih fresh di pikiran saya adalah pengalaman saya beberapa hari yang lalu. Pengalaman keseloan saya ini berhubungan dengan alam. Back to nature gitu #halah. Yawis langsung saja.

Jadi belum lama ini sekitar 6 hari yang lalu saya mendapat pesan singkat dari teman, teman sewaktu bal-balan nyeker sore dulu, yang kurang lebih isinya ajakan dolan ke suatu tempat. Memang teman saya yang ini dikenal suka sekali dengan hal-hal yang berbau traveling. Hawong cah Pecinta Alam je. Apa-apa yang keluar dari mulutnya pasti ndak jauh dari yang namanya dolan. Sampeyan yang mau kenalan bisa kunjungi facebooknya di sini

Nah saya yang notabene bukan seorang inisiator destinasi wisata tak butuh waktu lama buat mbales pesan yang dia kirim. Langsung tak ayo-in saja. Kebetulan juga besoknya, hari Minggu saya selo dan saya lihat destinasinya juga cukup menarik, jadilah saya putuskan buat ikut saja. Karena destinasinya masih di daerah lokal di tempat kami tinggal, jadi kami berangkatnya montoran. Oiya soal traveling saya juga suka tapi ndak banget-banget. Ndak sampe traveller addict gitu lah pokoke.

Besoknya kami kumpul di rumah temen kami satunya lagi, masih sama temen bal-balan juga waktu kecil dulu. Ternyata di situ sudah ada beberapa orang yang siap ikut. Kami sempat ngobrol saknyukan sebelum berangkat. Dari situ saya baru tau acara dolan ini bareng sama teman-teman tim Dā€™traveller 09.

Sampeyan yang masih asing dengan Dā€™traveller akan saya beberkan sedikit (halah beberkan) mengenai Dā€™traveller ini sepengetahuan saya saja. Terbentuk dari perjalanan yang tak disengaja di awal tahun 2009 lalu, Dā€™traveller 09 merupakan suatu perkumpulan orang yang punya inisiatif untuk melakukan wisata/melancong/rekreasi/adventure/ekspedisi dan sembarange yang sejenisnya. Mereka ā€“pendiri Dā€™travellers 09ā€“ ini adalah orang-orang Blitar yang pengen mengexplore potensi wisata daerahnya lebih jauh. Kenali daerah sendiri dulu baru kenali milik orang lain, mungkin seperti itu misinya dulu. Mungkin. Tapi lama kelamaan grup ini bersifat terbuka (open trip) buat siapa saja yang pengen gabung dan melakukan perjalanan bersama-sama. Khususnya warga Blitar. Segeralah mereka membuat facebok dan media sosial lainnya yang menyusul untuk memudahkan member-member baru bergabung di dalamnya. Jadi rekan-rekan kolega dan sejawat yang kepengen bergabung bisa join dulu di groupnya dan kalian akan mendapat semua yang kalian butuhkan sebelum melakukan perjalanan. Gitu kurang lebih pokoke. Sekali lagi ini hanya sepengetahuan saya saja dan mohon dikoreksi kalau salah. Wong saya cuma dicritani temen, belum sempet tanya mase langsung kemarin hehe. Tapi kalau mau tau lebih lengkapnya bisa kunjungi blognya di sini,

Kembali ke cerita jalan-jalan saya. Oiya kenapa saya ngasih judul seperti itu. Karena kalau bisa dibilang jalan-jalan ya memang jalan-jalan. Tapi kalau mau dibilang ekspidisi pun juga bisa. Dibilang ekspedisi tapi ndak serius-serius banget malah cenderung selo kemarin. Jadi biar ndak ada salah paham mending setengah setengah saja. Biar adil.

Lokasi wisata berada sekitar 40-an km dari pusat kota Blitar. Karena letaknya di Blitar selatan dimana morfologinya berupa pegunungan, jadi bisa ditempuh kurang lebih 1 jam perjalanan dengan motor. Perjalanan dimulai tidak dengan berangkat langsung ke lokasi, akan tetapi berkumpul dulu di bendungan Jegu. Biar ndak disik-disikkan. Sekitar setengah jam lebih nunggu mas-mase senior dan member yang lain kumpul, saya dan teman-teman sampai ngantuk-ngantuk. Setelah itu kami bertemu, salaman, dan kenalan. Salah seorang yang saya ingat namane mas Adon yang lantas mengatakan, ā€œsing iso mek iki, liane sibuk gak iso melu..ā€ (yang bisa hanya ini lainnya sibuk gak bisa ikut).

Lalu kami pun berangkat.

Di perjalanan saya bertanya ke teman saya yang kurang lebih seperti ini,

ā€œsing jenenge Mas Adon kuwi mau to admine?ā€ saya menebak-nebak

(yang namanya mas Adon tadi ya adminnya?)

Lantas teman saya menjawab,

ā€œiyo! yo kuwi mau admine. Sing liyane embuh nengndi kok ra meluā€

(iya! Ya itu tadi adminnya. Yang lainnya entah kemana kok ga ikut)

Lalu kami meneruskan obrolan ini dan itu seputar Dā€™travellers 09 sampai ndak kerasa perjalanan sudah sampai tujuan. Memang total keseluruhan yang ikut dalam perjalanan ini ndak banyak. Sekitar 11 jiwa. Sudah seperti tim sepak bola. Namun itu tak sedikitpun mengurangi tekad awal kami. Lagian ini masih mending daripada perjalanan sebelumnya yang lebih sedikit lagi kata teman saya.

Setelah sampai tujuan kami memarkir sepeda kami masing-masing di rumah warga sekitar dan melanjutkan menuju lokasi dengan berjalan kaki. Iya, berjalan kaki. dengan menyusuri persawahan warga, hutan, sungai-sungai, turunan, dan tanjakan. Banyak ya? Namanya juga ekspedisi. Benar-benar lempoh kami dibuatnya.

r

Ketika menyusuri hutan kami tetap bersama, We Are Together!! (Foto oleh Dā€™Travellers09)

tg

Ketika menyusuri sungai yang banyak batu kalinya sak ndase megatron (Foto oleh Dā€™Travellers09)

Konon lokasi yang kami tuju bisa dibilang masih fresh dan terjaga kealamiannya. Belum dibuka untuk umum juga karena belum terexplore ke media. Selain itu medan untuk menuju lokasi juga masih terbilang sulit dilalui. Ya seperti yang saya katakan tadi, harus melalui morfologi-morfologi bumi yang macem-macem jenisnya. Hanya petualang-petualang sejati yang mungkin ndak akan sambatan dengan track yang seperti itu. Halah. Pokoke masih secret destination gitu.

Nah setelah sampai di lokasi.. JREENNG JREENNNGGā€¦ seakan-akan rasa letih lesu dan lelah kami hilang seketika, melihat panorama yang aduhai indahnya. Seolah-olah kami merasa kami lah yang pertama menaklukkan dan menemukan lokasi ini (yang sebenarnya tidak seperti itu tentunya). ā€œAir Terjun Jurug Beningā€ begitu orang-orang menyebutnya.

11046851_771745609582898_6401413144247911802_n

Air terjun Jurug Bening, terlihat dari atas (foto oleh Mas Adon)

reg

Harus milih batu yang bisa dipijaki dulu untuk mengambil foto, kalau ndak pengen nyemplung sungaine

Di bawah grojogan (bahasa indonesianya apa ya?) air terjun terdapat kedung atau bendungan kecil yang mungkin bisa dibuat renang kalau-kalau airnya bening. Tapi sayang waktu itu kebetulan pas airnya butek jadi ya mikir-mikir kalau mau nyemplung hehe.

Seusai tercengang untuk beberapa waktu karena takjub, kami segera mengambil posisi masing-masing untuk selfie dan segala macemnya. Sat set bat bet kami mengambil tempat dengan angel terbaik yang kami pilih sendiri-sendiri. Tak lupa juga kami berfoto bersama untuk mengabadikan momen yang jarang seperti ini.

h

Yak tu..wa..ga..pat..!!! Foto bersama tetuane Dā€™Travellers09 (yang paling depan sendiri)

Intiya di sini kalian akan dimanjakan dengan view yang pokoke terbayar tuntas tass..kontan, selama perjalan menuju lokasi. Sampai pada akhirnya kalian lupa sama pemean yang belum dientasi. Dan kalian pembaca yang budiman mungkin harus mencobanya di lain waktu melihatnya secara langsung. Karena mulai hari ini tempat wisata ini sah kami rekomendasikan!!

Jadi yang liburannya cuman gitu-gitu saja dan yang liburan masih sendiri dan merasa tak ada teman, boleh kok ikut Dā€™travellers 09 yang sifatnya terbuka buat siapa saja. Lebih-lebih yang domisili Blitar. Sebenere untuk ukuran mengajak, saya masih belum pantas hehe, karena saya sendiri masih bukan admine dan masih ikut-ikutan saja kemarin itu. Tapi, seperti yang saya katakan tadi di awal karena Dā€™travellers 09 ini sifatnya terbuka buat siapa saja yang pengen ikut langsung. Recommended lah pokoke. Jadi pembaca yang budiman, siapa saja bisa langsung jadi membere di facebooknya dan langsung ikut jalan-jalan bersama ketika ada open trip. Kan enak to bisa dapet teman baru sekaligus destinasi wisata baru. Owsem tenan.

Mohon Maklum

#halah

Halo, apa kabar? Sudah berapa lama ya ndak ngepost? Kayake saya sudah melewati tahun yang baru ini, yang datangnya selalu dibarengi dengan harapan dan revolusi revolusi resolusi-resolusi baru, dengan tidak ngeblog. Duh sayang jane. Alasannya? Dari beberapa alasan saya mau simpulkan beberapa saja untuk pembaca maklumi. Kahanan. Ya sesimpel itu saja. Kahanan yang memungkinkan bahkan sampai mengharuskan saya untuk tidak ngepost. Kahanan yang seperti apakah gerangan? Baiklah saya akan persempit lagi. Keadaan yang saya maksud adalah ketika kurangnya motivasi untuk menulis lagi dari orang sekitar. Sepele ya..tapi disitu kadang saya merasa sedih. Itu sebenere alasan yang selalu saya kowar-kowarkan ketika saya memang ndak ada bahan, hehe. Itu semua agar pembaca memaklumi dan mengerti kenapa saya merasa sedih. Lagi-lagi mohon dimaklumi.

Untuk ukuran orang yang jarang ngeblog, mungkin saya akan ngepost yang sifatnya fresh-fresh dulu. Selain biar saya semangat ngeblog, juga biar yang mbaca ngga bosen. Lantas seperti apa yang fresh-fresh itu? Saya juga lagi mikir yang fresh itu seperti apa.. Mudah-mudahan pembaca yang budiman memaklumi ya.. (dimaklumi lagi) šŸ˜

Musim Hujan dan Laron

Cenderung Serius

ā€œGhiiss..lampu mburi patenono kabeh, ben larone do metuuu!!ā€

Mungkin sudah ndak banyak lagi orang yang bilang: ā€œhawane sumuk jhe..arep udan ki mestiā€

Ya memang betul. Karena dari kalimat barusan biasanya keluar pas penghabisan musim kemarau menuju ke musim penghujan. Basa londhonya pas transisyen. Yang ada cuman hawa dingin yang menandakan akan turun hujan untuk saat ini. Entah ini sudah kali keberapa hujan turun dari pagi sampek sore bahkan malam, dari bulan kemarin.

Ngomongin musim hujan tak lepas sama yang namanya laron. Saya ndak akan banyak ngomongin masalah laron. Sudah terlalu banyak tulisan mengenai binatang yang satu ini. Awalnya saya ndak tau apa yang unik dari binatang yang juga masih famili rayap ini. Yang saya tau laron itu suka sama cahaya. Di mana ada cahaya, di situ juga ada laron. Tapi bukan berarti di setiap tempat yang bercahaya selalu dihampiri binatang kecil bersayap ini. Kan sepakat dan semua juga sudah pada tau kalo laron itu rumahnya di dalam tanah, jadi itu tergantung ada tidaknya liang buat keluar masuk si laron di dekatnya. Oke mengenai kalimat saya tadi, saya koreksi: Di mana ada cahaya dan liang laron di dekatnya, di situ laron bawa teman-temannya.

Selain itu laron juga tidak bisa terbang terlalu jauh. Belum tau sudah ada penelitiannya apa belum, tapi menurut pengamatan saya dan sedikit analisa kesotahuan saya, kalau laron selalu membuat liang untuk muncul ke permukaan selalu tak jauh dengan sumber cahaya, seperti yang saya bilang di atas. Walaupun tidak di setiap sumber cahaya terdapat liang laron. Di sisi lain saya juga sempat kepikiran kalau mereka pas keluar dari rumahnya dan ndilalah adanya cahaya sekitar 200 meteran dari rumahnya, apa ya terus mereka tetap terbang menujunya atau kembali masuk tanah? Hanya demi untuk mencari sebuah cahaya (karena mereka tau yang bercahaya pasti menghangatkan) lantas apa ya terus mereka mengabaikan sayap-sayap mereka yang mudah putus dan lepas itu?

laron

Memang sebagian orang menganggap laron ini adalah binatang yang mengganggu. Tiap laron datang dan mulai masuk rumah pasti selalu akan mengotori rumah mereka dengan sayap-sayapnya yang gampang gogrok itu. Lakyo nambah-nambahi pekerjaan orang rumah to? Namun bagi saya dengan datangnya laron dan berterbangan di dalam rumah adalah satu dari beberapa hal yang saya tunggu ketika hujan di petang hari. Saya selalu senang ketika laron datang, kenapa? Ya mbuh. Apa mungkin cara pandang saya yang masih seperti anak kecil yang suka sama gerombolan laron yang berterbangan dan menari-nari di tengahnya (halah), atau mungkin hujan dan laron ini memang punya nilai romantisme di mata saya, sama halnya ketika ada pelangi setelah hujan reda di siang hari.

Quote menarik dari blog mas Hamid, salah satu blog favorit saya:

ā€œReduplah,Ā si laron bakal acuh tak acuh sama sampeyan, beri mereka cahaya, sampeyan akan didatangi meskipun hanya untuk matiā€

Dari quote di atas saya baru tau ternyata laron adalah binatang penuh filosofi. Tak heran banyak yang ngomongin mereka saat musim hujan tiba.

5 Lewat 30

Cenderung Selo

Pagi ini saya bangun agak siang. Pagi yang saya kira ketika melek sudah mendahului kicauan burung gereja. Belum terlihat di balik jendela padangnya pagi yang datangnya selalu tepat waktu seperti biasanya. Saya tersadar setelah melihat jam tangan yang tergeletak di meja di samping tempat tidur. Jam 5 lewat 30. Segera saya buka jendela melihat langit dan ternyata cuaca lagi mendung. Saya hanya bisa bergumam dalam hati ā€œealah..isuk-isuk kok wis mendung..ā€ Tapi untunglah saya ndak lupa kalau hari ini hari Minggu.

Di ruang tengah terdengar suara TV dengan volume tinggi yang kedengarannya seperti acara kartun. Siapa lagi, itu pasti adik. Bergegas saya ambil air wudlu karena sadar saya lagi dikejar batas waktu sholat subuh. Karena letak kamar mandi rumah saya yang mesti melewati dapur dulu untuk menujunya, jadilah saya ketahuan sama siapa lagi yang pagi-pagi sudah di dapur kalau bukan Ibuk.

ā€œWis mateng, Buk?ā€ sapa saya yang lebih dulu untuk menghindari unen-unene.

ā€œHambok kono kamare dirijiki disik kono!ā€ jawab Ibuk yang sudah tau kalo saya mbangkong.

ā€œNgono kui po yo wis subuhan barang?ā€ tambah Ibuk dengan nada agak ditinggikan dari sebelumnya.

Dengar balasan ibu yang lebih banyak dari sapaan saya, lantas saya mak plencing saja ke kamar madi tanpa menjawabnya dulu. Saya kira dengan disapa lebih dulu akan merubah suasana. Tapi ternyata jurus saya ndak mempan. Malah semakin menunjukkan kalau saya melakukan blunder. Ealah.

Lha Bapak mana?

Saat saya kembali dari kamar mandi saya melihat bapak lagi nulis ndak tau apa di secarik kertas di ruang tamu. Entah lagi ngapain, keliahatan betul kalau lagi sibuk. Sengaja saya ndak menanyainya. Nanti tambah lagi unen-unene. Lagian juga waktu sholat shubuh sudah hampir habis.

Memang di keluarga saya disiplin waktu merupakan harga mati. Lebih-lebih soal sholat 5 waktu. Sedari kecil, saya, adik saya, sama mbak yang sekarang sudah rabi selalu dibiasakan sholat berjamah yang diimami bapak. Ya meskipun hanya sholat maghrib sama isyaā€™ saja yang berjamaah, namun tetap harus dibiasakan. Saya paham hal semacam itu baik maksudnya. Kalau ada orang tua mengajarkan seperti itu kepada anak-anaknya tak lain dan tak bukan hanya untuk kebaikan anak-anak mereka kedepannya. Pun dengan bapak dan ibuk saya. šŸ˜¦ (mbrebes mili). Justru hal-hal semacam itu yang seharusnya membuat saya bersyukur. Karena suasana seperti itulah yang akan sulit ditemui di manapun ketika sedang jauh dari rumah. Mungkin saat nanti saya jauh dari rumah, suasana seperti itulah yang membuat saya pengen pulang ke rumah. Terutama sama unen-unene ibuk.

Setelah selesai sholat subuh saya segera mengerjakan apa yang diperintahkan Ibuk beberapa saat lalu. Tapi, sebelumnya saya sambangi laptop dulu (yang ini jangan ditiru hehe). Semoga saja ibuk ndak tau saya nulis cerita ini. šŸ˜€

*Tak lupa syukur dan doa di pagi ini saya ucapkan kepada Yang Maha Melindungi dan Maha Pemberi Nikmat.

Berkah Kenduri

Cenderung Selo

Siapa yang tak kenal istilah ā€œkenduriā€. Bagi sebagian orang termasuk saya meyakini bahwa kenduri atau genduren atau slametan dalam istilah jawanya, adalah serangkaian acara hajatan di suatu tempat dimana tempat tersebut masih memegang tradisi nenek moyang mereka dari sejak jaman kerajaan Hindu-Budha dulu. Kemudian pada perkembangannya diadaptasi oleh kebudayaan Islam dan masih berkembang di beberapa tempat khususnya di Jawa. Ya, mungkin hanya sebagian orang yang tahu kenduri, karena kalau di luar Jawa kok saya kurang tau ada kenduri apa ndak.

Hajat atau kepentingan dari si pelaksana kenduri macam-macam. Mulai dari hajat selapanan atau memperingati kelahiran anak umur 35 hari atau selapan, tahlil untuk pangeleng-eleng atau pengingat kematian seseorang (biasanya 7 hari-an, 40 hari, 100 hari, dan 1000 hari-an), syukuran, brokohan , Suronan, dll, dsb. Kepentingan tersebut bertujuan untuk mendoakan dan meminta kelancaran dari si empunya hajat.

Sama seperti di tempat saya tinggal, kebiasaan gendurenan masih sering dilakukan. Selain karena masih memegang tradisi jaman dulu, di lingkungan tempat saya tumbuh besar memang lokasi yang jauh dari keriuhan kota. Tapi bukan berarti di kota itu ndak ada kenduri lho ya. Bukan. Mungkin yang mengira di kota ndak pernah ada kenduri dan beda sama di kampung-kampung, sampeyan-sampeyan salah.

Saya jadi teringat ketika dulu masih jaman kuliah di salah satu Universitas Negeri di kota Malang, saya pernah ikut acara hajatan persis seperti kenduri. Waktu itu kala masih tinggal di rumah kontrakan di sekitar perumahan dekat UNMER Malang bersama teman-teman dari daerah asal yang sama. Ya meskipun namanya bukan kenduri dan tempatnya bukan di rumah-rumah penduduk sekitar (karena waktu itu di Masjid depan kontrakan), tapi acara intinya adalah berdoa dan sedikit tahlil, pulang bawa berkat. Memang ndak bisa sekental seperti di kampung-kampung. Biasanya kalo di kota berkatnya berupa jajan kerdusan gitu. Beda sama di kampung yang berkatnya diwadahi besek atau marang dan isinya mulai kulupan atau urap-urap, sambel goreng, ayam, telur, sama iwak teri. Beda tempat beda isi. Tapi biarpun gitu bukan berarti kita bisa seenaknya men-judge kalau di kota ndak pernah ada kenduri, kan?

Ya meskipun saya ini punya ilat yang medhok karena bukan aseli orang kota, setidaknya saya pernah merasakan juga jadi orang kota, dan hal-hal simpel itulah yang saya rasakan selama di kota. Bahwasannya antara kota dan desa memang sedikit ā€œtak jauh berbedaā€.

Cobalah coba tengok sekitar ada hajatan apa. Syukur kalau bisa ikut di dalamnya (kalau diundang). Tapi kalo ndak diundang ya jangan nyari-nyari kesempatan. Mentang-mentang situ anak kost ntar nyarinya yang gratisan.

Jangan-jangan yang sampeyan sebut kota hanyalah belenggu yang membatasi diri dari keintiman bertegur sapa. #halah